Kerajaan kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan ini terletak ditepi sungai Mahakam di Muarakaman, Kalimantan Timur, dekat kota Tenggarong. Diperkirakan Kerajaan Kutai berdiri pada abad 4 M prasasti tersebut didirikan oleh Raja Mulawarman. Bukti sejarah tentang kerajaan Kutai adalah ditemukannya tujuh prasasti yang berbentuk yupa (tiang batu) tulisan yupa itu menggunakan huruf pallawa dan bahasa sansekerta.
Di dalam prasasti tersebut dinyatakan bahwa raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga. Ia memiliki seorang putra bernama Asawarman yang disebut sebagai wamsakerta. Kemudian setelah meninggal, Asawarman digantikan oleh Mulawarman. Penggunaan nama Asawarman dan nama-nama raja pada generasi berikutnya menunjukkan telah masuknya pengaruh ajaran Hindu dalam kerajaan Kutai dan hal tersebut membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia asli yang telah memeluk agama Hindu.
Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegera di Jawa Barat hampir bersamaan
waktunya dengan Kerajaan Kutai. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh
Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh
putranya, Dharmayawarman (382 – 395). Maharaja Purnawarman adalah raja
Tarumanegara yang ketiga (395 – 434 M). Menurut Prasasti Tugu pada tahun 417 ia
memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang 6112 tombak
(sekitar 11 km).
Dari kerajaan Tarumanegara ditemukan sebanyak 7 buah
prasasti. Lima diantaranya ditemukan di daerah Bogor. Satu ditemukan di desa
Tugu, Bekasi dan satu lagi ditemukan di desa Lebak, Banten Selatan.
Prasasti-prasasti yang merupakan sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara tersebut
adalah sebagai berikut :
Prasasti Tugu
1. Prasasti Kebon
Kopi,
2. Prasasti Tugu,
3. Prasasti Munjul
atau Prasasti Cidanghiang,
4. Prasasti
Ciaruteun, Ciampea, Bogor
5. Prasasti Muara
Cianten, Ciampea, Bogor
6. Prasasti Jambu, Bogor
7. Prasasti Pasir
Awi, Bogor.
Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya merupakan kerajaan yang bercorak agama Budha. Raja
yang pertamanya bernama Sri Jaya Naga, sedangkan raja yang paling terkenal
adalah Raja Bala Putra Dewa.
Letaknya yang strategis di Selat Malaka (Palembang) yang
merupakan jalur pelayaran dan perdagangan internasional.Keadaan alam Pulau
Sumatera dan sekitarnya pada abad ke-7 berbeda dengan keadaan sekarang.
Sebagian besar pantai timur baru terbentuk kemudian. Oleh karena itu Pulau Sumatera
lebih sempit bila dibandingkan dengan sekarang, sebaliknya Selat Malaka lebih
lebar dan panjang. Beberapa faktor yang mendorong perkembangan kerajaan
Sriwijaya menjadi kerajaan besar antara lain sebagai berikut :
- Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan Cina melintasi selat Malaka, sehingga membawa keuntungan yang besar bagi Sriwijaya.
- Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam Selatan akibat serangan
kerajaan Kamboja memberikan kesempatan bagi perkembangan Sriwijaya sebagai
negara maritim (sarwajala) yang selama abad ke-6 dipegang oleh kerajaan Funan.
- Berdasarkan berita dari I Tsing ini dapat kita ketahui bahwa selama tahun 690 sampai 692, Kerajaan Melayu sudah dikuasai oleh Sriwijaya. Sekitar tahun 690 Sriwijaya telah meluaskan wilayahnya dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Hal ini juga diperkuat oleh 5 buah prasasti dari Kerajaan Sriwijaya yang kesemuanya ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno.
1. Prasasti Kedukan
Bukit
2. Prasasti Talang
Tuwo
3. Prasasti Kota
Kapur
4. Prasasti Telaga
Batu
5. Prasasti Karang
Birahi
6. Prasasti Ligor
Selain peninggalan berupa prasasti, terdapat peninggalan
berupa candi. Candi-candi budha yang berasal dari masa Sriwijaya di Sumatera
antara lain Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus, dan Biaro Bahal, akan tetapi
tidak seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat dari batu andesit, candi
di Sumatera terbuat dari bata merah.
Beberapa arca-arca bersifat budhisme, seperti berbagai arca
budha dan bodhisatwa Awalokiteswara ditemukan di Bukit Seguntang, Palembang,
Jambi, Bidor, Perak dan Chaiya.
Pada masa pemerintahan Bala Putra Dewa Sriwijaya menjadi
pusat perdagangan sekaligus pusat pengajaran agama Budha. Sebagai pusat
pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana dari
negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang
melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas
Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695. I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya
menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama
Buddha. Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah
digunakan di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana
dan Buddha Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya.
Letak Sriwijaya strategis membawa keberuntungan dan
kemakmuran. Walaupun demikian, letaknya yang strategis juga dapat mengundang
bangsa lain menyerang Sriwijaya. Beberapa faktor penyebab kemunduran dan keruntuhan
:
- Adanya serangan dari Raja Dharmawangsa 990 M.
- Adanya serangan dari kerajaan Cola Mandala yang diperintah
oleh Raja Rajendracoladewa.
- Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja
Kertanegara, 1275 – 1292.
- Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.
- Adanya serangan kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman
atas perintah Mahapatih Gajah Mada, 1477. Sehingga Sriwijaya menjadi taklukkan
Majapahit.
Kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram diketahui dari Prasasti Canggal yang
berangka tahun 732 Masehi yang ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa
Sansekerta. Dalam prasasti itu disebutkan bahwa pada mulanya Jawa (Yawadwipa)
diperintah oleh Raja Sanna. Setelah ia wafat Sanjaya naik tahta sebagai
penggantinya. Sanjaya adalah putra Sannaha (saudara perempuan Sanna).
Prasasti Mantyasih (Prasasti Kedu) yang di dikeluarkan oleh Raja Balitung pada
tahun 907 memuat daftar raja-raja keturunan Sanjaya, sebagai berikut :
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan
4. Sri Maharaja Rakai Warak
5. Sri Maharaja Rakai Garung
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
9. Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung
Prasasti Kelurak, 782 M di desa Kelurak disebutkan bahwa
Raja Dharanindra membangun arca Majusri ( candi sewu). Pengganti raja
Dharanindra, adalah Samaratungga. Samaratungga digantikan oleh putrinya bernama
Pramodawardhani. Dalam Prasasti Sri Kahulunan ( gelar Pramodawardhani) berangka
tahun 842 M di daerah Kedu, dinyatakan bahwa Sri Kahulunan meresmikan pemberian
tanah untuk pemeliharaan candi Borobudur yang sudah dibangun sejak masa
pemerintahan Samaratungga.
Pramodhawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang beragama
Hindu. Adik Pramodhawardhani, Balaputradewa menentang pernikahan itu. Pada
tahun 856 Balaputradewa berusaha merebut
kekuasaan dari Rakai Pikatan, namun usahanya itu gagal. Setelah pemerintahan
Rakai Pikatan, Mataram menunjukkan kemunduran. Sejak pemerintahan Raja Balitung
banyak mengalihkan perhatian ke wilayah Jawa Timur. Raja-raja setelah Balitung
adalah :
- Daksa (910 – 919). Ia telah menjadi rakryan mahamantri I
hino (jabatan terttinggi sesudah raja) pada masa pemerintahan Balitung.
- Rakai Layang Dyah Tulodong (919 – 924)
- Wawa yang bergelar Sri Wijayalokanamottungga (924 – 929)
Wawa merupakan raja terakhir kerajaan Mataram. Pusat
kerajaan kemudian dipindahkan oleh seorang mahapatihnya (Mahamantri I hino)
bernama Pu Sindok ke Jawa Timur. Kepindahan Kerajaan Mataram ke Jawa Timur Pu Sindok yang menjabat sebagai mahamantri i hino pada masa
pemerintahan Raja Wawa memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur tersebut.
Pada tahun 929 M, Pu Sindok naik tahta dengan gelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri
Isana Wikramadharmattunggadewa. la mendirikan dinasti baru, yaitu Dinasti
Isana. Pu Sindok memerintah sampai dengan tahun 947. Pengganti-penggantinya
dapat diketahui dari prasasti yang dikeluarkan oleh Airlangga, yaitu Prasasti
Calcuta.
Berdasarkan berita Cina diperoleh keterangan bahwa Raja Dharmawangsa pada tahun 990 – 992 M melakukan serangan terhadap Kerajaan Sriwijaya. Pada tahun 1016, Airlangga datang ke Pulau Jawa untuk meminang putri Dharmawangsa. Namun pada saat upacara pernikahan berlangsung kerajaan mendapat serangan dari Wurawuri dari Lwaram yang bekerjasama dengan Kerajaan Sriwijaya. Peristiwa ini disebut peristiwa Pralaya. Selama dalam pengassingan ia menyusun kekuatan. Setelah berhasil menaklukkan raja Wurawari pada tahun 1032 dan mengalahkan Raja Wijaya dari Wengker Pada tahun 1035 ia berhasil mengembalikan kekuasaan. Airlangga wafat pada tahun 1049 dan disemayamkan di Parthirtan Belahan, di lereng gunung Penanggungan.
Kerajaan Kediri/Kadiri
Pada akhir pemerintahannya Airlangga kesulitan dalam
menunjuk penggantinya, sebab Putri Mahkotanya bernama Sanggramawijaya menolak
menggantikan menjadi raja. la memilih menjadi seorang pertapa. Maka tahta
diserahkan kepada kedua orang anak laki-lakinya, yaitu Jayengrana dan
Jayawarsa. Untuk menghindari perselisihan di antara keduanya maka kerajaan di
bagi dua atas bantuan Pu Barada yaitu Jenggala dengan ibukotanya Kahuripan dan
Panjalu dengan ibukotanya Daha (Kadiri)
Sampai setengah abad lebih sejak Airlangga mengundurkan diri
tidak ada yang dapat diketahui dari kedua kerajaan itu. Kemudian hanya Kadiri
yang menunjukkan aktifitas politiknya. Raja pertama yang muncul dalam pentas
sejarah adalah Sri Jayawarsa dengan prasastinya yang berangka tahun 1104 M.
Selanjutnya berturut-turut raja-raja yang berkuasa di Kadiri adalah sebagai berikut
: Kameswara (±1115 – 1130), Jayabaya (±1130 – 1160), 1135), Sarweswara (±1160 –
1170), Aryyeswara (±1170 – 1180), Gandra (1181), Srengga (1190-1200) dan
Kertajaya (1200 – 1222).
Pada tahun 1222 terjadilah Perang Ganter antara Ken arok
dengan Kertajaya. Ken Arok dengan bantuan para Brahmana (pendeta) berhasil
mengalahkan Kertajaya di Ganter (Pujon, Malang).
Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok. Dalam kitab
Pararaton Ken Arok digambarkan sebagai seorang pencuri dan perampok yang sakti,
sehingga menjadi buronan tentara Tumapel. Setelah mendapatkan bantuan dari
seorang Brahmana, Ken Arok dapat mengabdi kepada Akuwu (bupati) di Tumapel bernama Tunggul Ametung. Setelah
berhasil membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok menggantikannya sebagai penguasa
Tumapel. Ia juga menjadikan Ken Dedes, istri Tunggul Ametung, sebagai
permaisurinya. Pada waktu itu Tumapel masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan
Kadiri.
Setelah merasa memiliki kekuatan yang cukup, Ken Arok
berusaha untuk melepaskan diri dari Kadiri. Pada tahun 1222 Ken Arok berhasil
membunuh Kertajaya, raja Kadiri terakhir. Ia kemudian naik tahta sebagai raja Singasari dan
mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Girinda.
Tidak lama kemudian, Ken Dedes melahirkan seorang putra
bernama Anusapati hasil pernikahannya dengan Tunggul Ametung. Sedangkan dari
istri yang lain, yaitu Ken Umang, Ken Arok mempunyai seorang putra bernama
Tohjaya. Pada tahun 1227, Ken Arok dibunuh oleh Anusapati. Hal ini dilakukan sebagai balas dendam atas
kematian ayahnya, Tunggul Ametung. Anusapati mengantikan berkuasa di Singasari.
Ia memerintah selama 21 tahun. Sampai akhirnya ia dibunuh oleh Tohjaya, juga
sebagai balas dendam atas kematian ayahnya.
Tohjaya naik tahta. Ia memerintah dalam waktu sangat
singkat. Ia kemudian terbunuh oleh Ranggawuni (putra Anusapati). Pada tahun
1248 Ranggawuni naik tahta dengan gelar Srijaya Wisnuwardhana. Pada tahun 1254
Wisnuwardhana mengangkat putranya Kertanegara sebagai Yuwaraja atau Raja Muda.
Wisnuwardana wafat pada tahun 1268 di Mandragiri.
Pada tahun 1268 Kertanegara naik tahta. la merupakan raja
terbesar kerajaan Singasari. Kertanegara merupakan raja pertama yang
bercita-cita menyatukan Nusantara. Pada tahun 1275, Kertanegara mengirimkan
Ekspedisi Pamalayu ke Sumatera (Jambi) dipimpin oleh Kebo Anabrang. Ekspedisi
ini bertujuan menuntut pengakuan Sriwijaya dan Malayu atas kekuasaan Singasari.
Ekspedisi ini juga untuk mengurangi pengaruh Kubilai Khan dari Cina di
Nusantara.
Ekspedisi ini menimbulkan rasa khawatir raja Mongol tersebut.
Oleh karena itu pada tahun 1289 Kubilai Khan mengirimkan utusan bernama
Meng-chi menuntut Singasari mengakui kekuasaan Kekaisaran Mongol atas
Singasari. Kertanegara menolak tegas, bahkan utusan Cina itu dilukai mukanya.
Perlakukan tersebut dianggap sebagai penghinaan dan tantangan perang.
Untuk menghadapi kemungkinan serangan dari tentara Mongol
pasukan Singasari disiagakan dan dikirim ke berbagai daerah di Laut Jawa dan di
Laut Cina Selatan. Sehingga pertahanan di ibukota lemah. Hal ini dimanfaatkan
oleh pihak-pihak yang tidak senang terhadap Kertanegara, diantaranya
Jayakatwang penguasa Kadiri dan Arya Wiraraja (bupati Madura). Pasukan Kadiri
berhasil menduduki istana dan membunuh Kertanegara.
Kerajaan Majapahit
Setelah Kertanegara terbunuh oleh Jayakatwang, 1292. Raden
Wijaya menantu Kertanegara berhasil melarikan diri ke Madura untuk minta
bantuan Arya Wiraraja, bupati Sumenep. Atas nasihat Arya Wiraraja, Raden Wijaya
menyerahkan diri kepada Jayakatwang. Atas jaminan dari Arya Wiraraja, Raden Wijaya
diterima dan diperbolehkan membuka hutan Tarik yang terletak di dekat Sungai
Brantas. Dengan bantuan orang-orang Madura, pembukaan hutan Tarik dibuka dan
diberi nama Majapahit. Kemudian datanglah pasukan Tartar yang dikirim Kaisar
Kubilai Khan untuk menghukum raja Jawa. Walaupun sudah mengetahui Kertanegara
sudah meninggal, tentara Tartar bersikeras mau menghukum raja Jawa. Hal ini
dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk membalas dendam kepada Jayakatwang.
Jayakatwang berhasil dihancurkan. Pada waktu tentara Tartar hendak kembali
kepelabuhan, Raden Wijaya menghancurkan tentaraTartar, Setelah berhasil
mengusir tentara Tartar, Raden Wijaya dinobatkan sebagai Raja Majapahit dengan
gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana pada tahun 1293.
Kertarajasa meninggal pada tahun 1309. Satu-satunya putra
yang dapat menggantikannya adalah Kalagamet. la dinobatkan sebagai raja
Majapahit dengan gelar Sri Jayanagara. Ia bukanlah raja yang cakap. Selain itu
ia juga mendapatkan banyak pengaruh dari Mahapati. Akibatnya masa pemerintahannya
diwarnai dengan adanya beberapa kali pemberontakan.
Pemberontakan yang paling berbahaya adalah pemberontakan
Kuti, pada tahun 1319. Kuti berhasil menduduki ibukota Majapahit, sehingga
Jayanagara harus melarikan diri ke desa Bedander yang dikawal oleh pasukan
Bhayangkari dipimpin oleh Gajah Mada. Pemberontakan Kuti ini berhasil ditumpas
oleh Gajah Mada. Karena jasanya Gajah Mada diangkat sebagai Patih Kahuripan.
Pada tahun 1328 Jayanagara mangkat dibunuh oleh tabib istana, Tanca. Tanca
kemudian dibunuh oleh Gajah Mada. Jayanagara tidak meninggalkan keturunan.
Karena Jayanagara tidak mempunyai keturunan, maka yang
berhak memerintah semestinya adalah Gayatri atau Rajapatni. Akan tetapi Gayatri
telah menjadi bhiksuni. Maka pemerintahan Majapahit kemudian dipegang oleh
putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar Tribhuwana Tunggadewi Jayawisnuwardhani.
la menikah dengan Kertawardhana. Dari perkawinan ini lahirlah Hayam Wuruk. Pada
tahun 1331 terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta. Pemberontakan yang berbahaya ini
dapat ditumpas oleh Gajah Mada. Karena jasanya Gajah Mada diangkat sebagai
Patih Mangkubumi Majapahit. Pada saat pelantikan, Gajah Mada mengucapkan Sumpah
Palapa.
Pada tahun 1350 M, lbu Tribhuwanatunggadewi, Gayatri
meninggal. Sehingga Tribhuwana turun tahta. Penggantinya adalah putranya yang
bernama Hayam Wuruk yang bergelar Rajasanagara. Di bawah pemerintahan Hayam
Wuruk dengan Gajah Mada sebagai Mahapatihnya, Majapahit mencapai puncak
kejayaannya. Dengan Sumpah Palapa-nya Gajah Mada berhasil menguasai seluruh
kepulauan Nusantara ditambah dengan Siam, Martaban (Birma), Ligor, Annom, Campa
dan Kamboja.
Pada tahun 1364, Patih Gajah Mada wafat ditempat
peristirahatannya, Madakaripura, di lereng Gunung Tengger. Setelah Gajah Mada
meninggal, Hayam Wuruk menemui kesulitan untuk menunjuk penggantinya. Akhirnya
diputuskan bahwa pengganti Gajah Mada adalah empat orang menteri.
Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389. Ia disemayamkan di Tayung
daerah Berbek, Kediri. Seharusnya yang
menggantikan adalah puterinya yang bernama Kusumawardhani. Namun ia menyerahkan
kekuasaannya kepada suaminya, Wikramawardhana. Sementara itu Hayam Wuruk juga
mempunyai anak laki-laki dari selir yang
bernama Bhre Wirabhumi yang telah mendapatkan wilayah keuasaan di
Kedaton Wetan (Ujung Jawa Timur). Pada tahun 1401 hubungan Wikramawardhana
dengan Wirabhumi berubah mejadi perang saudara yang dikenal sebagai Perang
Paregreg. Pada tahun 1406 Wirabhumi dapat dikalahkan di dibunuh. Tentu saja
perang saudara ini melemahkan kekuasaan Majapahit. Sehingga banyak
wilayah-wi\layah kekuasaannya melepaskan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar